“Ini adalah perbuatan ibunya yg make up pas lagi tidur lalu pas bangun anak tanya knp mata hitam. Ibu jawab. Karena terlalu banyak main HP, anak nangis terisak2 menyesal.. Hahaha boleh coba mak emak,” tulisnya di Facebook.
Cerita ini sudah disebarkan 136 ribu kali dan mendapatkan 3,8 ribu komentar. Banyak yang terinspirasi dari perbuatan ibu ini, namun banyak juga yang tidak setuju orang tua berbohong pada anak, walaupun untuk kebaikan.
Memang ada beberapa pro dan kontra mengenai berbohong kepada anak untuk kebaikan. Tidak jarang orang tua berbohong ke anak dengan tujuan untuk memberikan pelajaran. Walaupun untuk kebaikan, berbohong ke anak bisa membuat hubungan antara orang tua dengan anak menjadi kacau.
“Tidak ada aturan keras tentang apa yang bisa dan tidak boleh dibohongi kepada anak-anak. Sebaliknya, penting bagi orang tua untuk memahami maksud di balik kebohongan mereka,” kata Jennifer Mansell, seorang pekerja sosial dan terapis keluarga.
Orang tua membuat sebuah cerita untuk membuat anak-anak berperilaku sesuai dengan keinginan mereka. Saat sudah semakin besar, anak bisa mulai menangkap kebohongan-kebohongan orang tua.
Saat anak mengetahui orangnya sering berbohong, mereka tidak percaya lagi dengan orang tua dan tidak merasa bersalah saat berbohong ke orang tua. Dua hal tersebut adalah masalah-masalah yang tentu orang tua tidak ingin hadapi.
Jika anak mengetahui Anda telah berbohong, sebaiknya berterus terang. Anda perlu meminta maaf ke anak dan menjelaskan bahwa berbohong itu tidak benar.
“Anda juga dapat membantu anak memahami mengapa Anda memilih untuk tidak mengatakan yang sebenarnya ketika berbohong,” kata penulis dan terapis Sara Dimerman.
Namun, orang tua tidak dianjurkan untuk berbohong ke anak, walaupun untuk kebaikan.
No comments:
Post a Comment